Rabu, 12 Oktober 2011

Malang Vs Samarinda

(Sebelum memulai menulis tittle ini, Saya masih sibuk untuk "ngucek-ngucek" muka^ pertanda beratnya pikiran kalau mengingat Samarinda! hahaha)
Bismillah.
Saya lahir dan tumbuh di Malang - Jawa Timur. Kota yang sejuk, tenang, damai, dan pasti nyaman. Setelah lulus SMA Saya mulai hijrah ke Jogja. sebelum ke Jogja sempat mencoba untuk ambil kuliah di Surabaya, tapiiiii.. Hot sodara! panas banget disana (secara biasa adem di Malang yeee...) kalau panas aja mungkin masih cin cay yaa, tp selain panas, padat kendaraan, dan yang paling parah tempat makannnya kurang sippp yaa!! karena pas survey kesana pas banget yang dilewatin rumah makannya "view" nya kali! bauuu cyiinn^^ #pencetidung.. hmmm... ironis tempat makan, dekat dengan sumber kotor.. oke lanjut, ganti topik dee..
Karena baru 2 hari di Surabaya Saya nangis2 minta dijemput pulang ke Malang maka Tujuan kuliah pindah haluan ke Jogja.. Banyak yang tanya, orang Malang kenapa kuliah di luar kota? (hmmm pertanyaannya@$&^%&*) alasannya, guru di SMA pernah ada yang memberi saran, pendidikan di Jawa timur belum terlalu mendapat apresiasi di dunia kerja Indo. yaa ini pendapat pribadi Ibu guru Saya. tapi justru itu menginspirasi Saya untuk kuliah (minimal) di daerah DIY, Jateng, atau Jabar. Akhirnya jatuhlah pilihan di Universitas Islam Indonesia, tepatnya karena ada jurusan Psikologi. Saya bukan Universitas Negeri Minded.. Kalau gagal, tidak memaksakan untuk segala cara dilakukan agar bisa jadi mahasiswa UGM hahaha.. Bahkan Saya merasa bangga sekali dengan almamater Saya. 

Selama kurang dari 5 tahun di Jogja (hahaha lama ya ambil S1 aja..) Saya mendapat banyak hal (yang pasti bertemu suami Saya hihihi^^). Sebagai anak kos, saya jadi mandiri. pekerjaan rumah Saya kerjakan sendiri, mulai cuci baju, setrika, ke bengkel, bersih-bersih beres-beres sendiri (yaaa eyaaalah, ga ada crita anak kos punya asisten!!) tapi yang paling kerasa banget sih kalo lagi sakit. meski cuma demam tapi berasa sakit kritis, dramatisasi bgt deh. pastinya karena kalau dulu masih di Malang, sakit pasti Ibu siap sedia ada, hehehe Love you Bu! (semoga Ibu Baca yaa..hehehe) Banyak kenangan indah di Jogja (Next posting yah). Cerita tinggal di Jogja harus berakhir karena peluang kerja disini minim (menurut Saya siiih.. hehehe) setelah sempat pulang ke Malang sebelum akhirnya memutuskan pindah ke Samarinda (huft..) semakin banyak yang bisa digambarkan dari kota Tepian ini hahhaha (Stress mode ON)

Samarinda (Smd).. kenapa Smd? karena ikut Suami yang kerja lebih dulu di Smd. Pertama datang sih masih excited yaa. Excited karena baru pertama nginjakin kaki di tanah Kalimantan, kedua karena takjub ngeliat pemandangan sekitar yang masih banyak bukit-bukit di tengah kota (emang dulunyee hutann! hihihi.. dan kalau malam ngelewatin jalan yang berbukit ini Sumpah viewnya lampu kota Indah gilaaaa! Most valuable thing in Smd!hahaha... ketiga (dan Terakhir!) karena ada sungai yang jadi pemandangan beda (secara di Malang Sungainya small heee..) terkagum-kagumnya lagi karena sungainya buat lewat kapal tongkang batubara(wuidih kagum pokoknya dulu pertama liat hihihi).

Setahun berlalu tinggal di Smd mulai yaaa keanehan-keanehan silih berganti #tsaaaah berikut saya list aja fakta-fakta yang pernah terjadi di lapangan (kaya nulis laporan ke boss hehehe...) :
1. 24 Tahun Usia Saya saat pertama kali ke Samarinda, Saya belum pernah menemui orang-orang yang sangat "sukuis", maksudnya sikap untuk mengkotak-kotakkan, darimana suku kita berasal (cappcayyy deeeh...) Selama tinggal di Malang, dan Jogja Saya tidak pernah mendapat pertanyaan dan perlakuan (ini yang ga enak!) yang mendiskriminasi suku. Tapi semenjak di Samarinda, baruuu kenal nih sama orang, yang ditanya bukan "asalnya dari mana?" atau "aslinya mana (masih terdengar sopan)?" malah nanyanya " SUKU apa kamu?" (dooooor!! brasa di tembak, mati!) santai aja kaleeeee!! kita ini satu.. satu kesatuan, Rakyat RI! apa gunanya melihat perbedaan yang ujung-ujungnya hanya untuk justifikasi keburukan-keburukan setiap suku yang udah seperti mitos yang ga jelas asalnya. misalnya nih, kalau Saya jujur bilang "dari Jawa" langsung mimik wajah mereka yang tanya tadi langsung berubah (sebagai lulusan psikologi sedikit banyak membuat Saya lebih peka terhadap gejala-gejala alam seperti itu, hahaha) Saya perlahan tau, ternyata mereka sudah punya argumen sendiri terhadap masing-masing Suku yang banyak meramaikan Smd. Jika justifikasi mereka tentang Suku-suku itu positif jelas tidak jadi masalah, namun yang terjadi ialah mereka justifikasi hal-hal negatif. Please.. kita saudara sebangsa setanah air. Apapun asal leluhur kita!

2. Orang-orang yang sama sekali tidak mengenal aturan dan ketertiban! 
Contoh pertama, Saat di Jalan Raya, tengah kota! angkot yang jalan, bisa seketika berhenti tengah jalan karena sopirnya ngobrol dengan sopir angkot diseberang jalan! #tepokjidat maaf jika harus membandingkan sopir angkot di Malang, kalau di Malang sopir dengan tertib akan nyalakan lampu sign lalu melipir dulu ke tepi jalan dan woaallaa berhenti dengan maniss! dan pengemudi dibelakang angkot ga bakal spot jantung krn harus ngerem mendadak! 
Kejadian kedua, Jalan satu arah, tau-tau ada motor nongol dengan hebatnya, ngebuttt boss!huft.. biasanya nih kl di Jogja dulu ada yang melawan arah pasti jalan motornya pelan-pelan(karena merasa,melanggar aturan) bedddaa lagi di Smd, udah salah tambah ngebutt lagi, kalau ditegur malah jadi lebih galak dari kiteee, perempuan sekalipun! (benar-benar kota aneh, yakin nih kota Bapak-bapak? hutan kaliii.. orang-orangnya ga bisa diatur!) jadi harap waspada tingkat dewa kalau lagi di jalan searah, ada penampakan kilat yang kalau kita ga waspada bikin benjutt! 
Cerita ketiga, ialah kalau lewat tikungan/pertigaan/perempatan jangan sekali-kali nyoba untuk ngebut, pasti banyak penampakan yang keluar dari tikungan lain dengan ngebutt, tanpa nyalakan lampu sign, dan tanpa berhenti (STOP) dulu baru lanjut setelah memastikan aman ga ada kendaraan terdekat yang mau lewat, intinya sih kalau mau belok disini dihajar aja, gas polll hmmmm... begitu kita yang ada dijalan lurus kasih teguran, sama... kita bakal di respon lebih ganasss hiwww aneeeh! 
Cerita keempat (hahaha banyaak..) Kejadian di Lampu merah pusat kota! kebetulan kita dibarisan depan saat nunggu lampu jadi ijo untuk bisa jalan lagi, seringnya nih lampu kita udah ijo tapi adaaa aja penampakan dari lampu merah tetangga, tau-tau meluncur dengan hebatnya seorang diri bak pembalap ketinggalan start! padahal itu membahayakan dirinya sendiri... akhirnya gara-gara ulah satu orang ini, kita-kita yg udh dapat lampu hijau mau ga mau nunggu di pembalap ini lewat dengan manisnya, jadi mana polisinyaaaa?? belum lagi kalau yang dari rombongan lampu ijo ini ada pembalap juga, ya udaaah wassalam deh sekalian..


3. Berikutnya soal makanan. Kota ini menurut Saya (..dan suami ;P) tidak punya special/khas menu. yaa kalo itu aja sih ga penting dibahas yah, yang mengganggu adalah saat beli makanan yang berkuah dan dibungkus. bungkusnya pake kresek (kantong plastik, yang pasti kandungan zat kimianya ga bagus untuk bungkus makanan panas) cyiiin!! shock.. yang paling sering protes suami, "apa sih alasan mereka ga mau pake pembungkus khusus makanan?" entah para penjual ini save cost, atau pengetahuan mereka yang kurang, atau juga karena emang ga peduli (baca: males mikir) solusinya akhirnya Saya inisiatif beli bungkus yang aman untuk makanan panas sekalipun/ food grade.
Gangguan kedua adalah soal selera. Kacau deh cita rasa masakan yang dijual di SMD. Saya dan suami suka travelling meski baru nginjakin kaki di jogja, semarang, solo, bandung, jakarta, surabaya, bali, dan padang tapi patokan kita saat cari makan di tempat-tempat baru itu selalu ga meleset jauh. patokan kita kalo udah bingung cari makan yaitu dimana terlihat ramai pembeli maka patut kita coba. dari kota-kota yang pernah kita kunjungi patokan itu 80% tepat sasaran. tapi jangan pernah memakai patokan itu ketika di Smd. bahkan kita pakai rekomendasi dari orang lokal Smd pun yang katanya masakannya enak.. hmm langsung lihat-lihat an sama suami, "yakin nih enak?" hahaha...kalau cita rasa aja yg mengecewakan boleh lah cin cay.. nah ini  udah rasanya kemana? MAHAL pula! haiyyaaa... perbandingannya di Malang 8 ribu/org makan puas di Smd makan 15 ribu/orang makan ga puas, hihihi (dendam banget ya Sama SMd!!) Jadi Solusinya biar setiap lapar ga bikin emosi jiwa adalah MASAK! yippie selain bisa menyalurkan hasrat meracik-racik bumbu Saya juga bisa memanjakan suami.. hehehe.. dan SESUATUnya.. dulu saat masih pacaran, masakin buat calon suami selalu masakannya parah, ya rasa merica aja(hmm.. suami pasti seneng bgt baca tulisan Saya ini), kalo ga hambar! hihihi.. eeh begitu udah officially Mrs. Alhamdi Saya seperti diberi Bakat baru, skill memasak Saya seperti melonjak naik! hihi.. Paling ga derita ga bisa makan enak di SMD bisa diatasi.. 


4. Mengenai Kecerdasan intelektual. fakta ini saya dapat saat kerja di konsultan psikologi-recruitment. Karena masih baru di Smd jadi pikiran juga masih polos (boleh percaya atau ga..:P) Saat scoring hasil tes IQ calon-calon karyawan IQ rata-rata yang ditetapkan sebagai standar kompetensi ternyata dibawah standar di Jawa. Jadi misal, IQ di Jawa rata-rata 110. sehingga untuk dapat lolos dari kualifikasi maka IQ kita harus sama atau diatas 110. sedangkan di SMD standar IQ di Jawa 110 tidak dapat dijadikan tolak ukur, karena faktanya rata-rata IQ di Smd 90 (misalkan). kan lucu kalau kualifikasi tetap ditinggikan/tetap pake rata-rata Jawa padahal kualitasnya berbeda, maka dari itu nilai kompetensinya diturunkan. hihihi.. Tragis kan? Saya sempat bertanya-tanya kenapa itu bisa terjadi? mungkin banyak faktor sih, bisa karena lingkungannya dikelilingi kekayaan alam yang membuat orang kurang memiliki daya juang untuk belajar lebih rajin. Well, buat Saya semakin mantap untuk tidak membesarkan buah hati Saya dan Suami di SMD. Emak Bapaknya aja stress hidup di SMD gimana anak Saya! 


5. ANTRI!! yup Saya beberapa kali adu mulut sama orang Smd karena mereka memotong Antrian tanpa permisi, dan tanpa merasa ada yang salah, ada yang diabaikan. mungkin orang menilai saya kaku terhadap peraturan, tapi menurut saya bukan itu pointnya. nilainya, hargai orang yang sudah menunggu lebih lama. semua orang punya kesibukan, dan semua orang ingin cepat. apalagi yang memotong tanpa melihat orang yang didepannya.. tampang orang kaya, sok sibuk, seenaknya motong antrian.. hmm.. males sekali ketemu orang-orang model begini.. dan di SMD akan sering anda temui orang-orang seperti ini.. heran mereka dididik seperti apa sih?


Kesimpulan yang bisa digambarkan dari "kota"(sesungguhnya ga rela nyebut daerah ini dengan sebutan kota) Samarinda = Semrawut = Berantakan = Not recommended buat tinggal, menghabiskan hari tua, terlebih untuk liburan! Saya bersungguh-sungguh.


1 komentar: