Minggu, 16 Oktober 2011

LOVE LOVE LOVE

Cinta itu bernama Alhamdi Rasyid.
Kami bertemu saat masih sama-sama menyelesaikan skripsi di Jogja. 
Meski berbeda kampus, hubee di Jurusan Pertambangan, UPN "Veteran" dan Saya di Jurusan Psikologi Universitas Islam Indonesia kami tetep bisa ketemu juga hehehe.. gejolak mahasiswa semester tua yg belum laku hahaha... ummh mungkin perlu sedikit di koreksi, bukannya belum laku, tapi belum menemukan Mr.Right! hee..
Sebelum bertemu dengan pria, dan suami saya ini.. saya sedang merasakan yang namanya putus asa untuk menemukan the best one! ... dan pendapat ini bisa dipatahkan setelah ketemu Hubee, kenapa?


Hubee itu Pria paling nyambung dengan segala cara berpikir, bahasa saya yang kadang susah dimengerti, bahkan dia paling ngerti akan sikap-sikap keperempuan dan kelaki-lakian saya, hehe.. nah kl yg ini baru dia sadari saat kami menikah 9 bulanan ini hihihi..Terimakasih karena telah menyiapkan indera-inderamu untuk berbagi bee.


Hubee pria dengan kadar toleransi yang ga ada habis-habisnya. Dia bisa menjadi penyeimbang saya. Saat kondisi emosi saya sedang berada di puncak, dengan tenang dia menatap, dan memberi sentuhan, pelukan sebagai mood buster saya. Sampai setelahnya saya merasakan malu karena telah melakukan tindakan diluar kendali, dan dia tetap memeluk. Terimakasih hubee... buat lebar dan hangatnya pelukan yang selalu ada saat masa-masa sulit itu.


Hubee banyak melakukan hal sederhana dengan makna yang luar biasa. misalnya dia ga lupa menutup kaca helm saya saat kami naik motor. Bagi perempuan lain itu mungkin biasa ya, tapi bagi saya itu perlakuan yg sangat menyentuh. belum lagi kebiasaan saya yang jijik memegang benda-benda kotor, dia selalu tau dan ada untuk rela berjijik-jijik'an.


Hubee guru bahasa inggris saya. dia selalu menghayati setiap lagu berbahasa inggris yang dia suka, yang ternyata setelah dia terjemahkan liriknya daleem. hehe.. kemane ajee? gitu juga kalo lagi meeting di kantor dan menemukan kata2 sulit, hubee selalu punya jawabannya hohoho... yg meeting siapa yg rempong siapa?? hihi...


Hubee seorang traveller addict! yup.. dia punya mood yang ga ada habisnya untuk eksplore tempat baru.
dan kita selalu sepakat bahwa Surga kita untuk jalan-jalan adalah... jeeeng jeeengg, diurutkan dari yang relaks enough sampai yang paling mantap dah tempatnya.. this is it :


05.Balikpapan
Balikpapan itu rumah kelima kita (hahaha maksa banget yee.. yang ada juga biasanya rumah kedua, lah ini rumah kelima). kenapa balikpapan? nyaman banget kotanya.. bersih, ga padat penduduk, ada pantai yang pasirnya putih air lautnya ijoo hmm surga deh...selain itu juga mallnya lumayan lengkap(Gubraaaak!), orang-orangnya ga rese' pokoknya enak buat liburan bagi pekerja yang udah tiap hari tinggal di kota semrawut dan pengen kabur ke surga dunia.. hooo 


04.Yogyakarta
Kota ini banyak sejarah percintaan kita.. hihihi hampir lima tahun kuliah di jogja, ketemu suami juga di jogja.. Jogja punya apa? orang-orang yang ramah, lotek, mie jowo, dan pantai-pantai yang ga ada habisnya.. tinggal pilih mau kemana, punya bringharjo, mall yang lumayan oke, punya kaliuraaaaang huhuhu... pernah pacaran di kaliurang tuh dulu.. bahkan jadian pun di Kaliurang hooo maaf ABG banget yak?@$ 


03. Padang
Kota kelahiran suami... Yeaaay^^ Ke padang pastinya yang terbayang adalah makan-makan.. pulang dari padang gapuaaak (alias gendutt cyiiin...!). kalo ke padang harus makan sate padang, mie kuah padang, nacoss, jangeek, rendang dan kawan-kawan, daaaaan eng ing eeng pical dan lontong sayur untuk sarapan! huuumm yummy sangaaat... dan bisa dipastikan pulang bakal bawa berkardus2 kripik balado, sampe kl pulang di terminal keberangkatan pas cek in dikiranya mau jualan kripik, over bagasi!.. dan bikin petugas cek in nya ngiler sama kripik kitaa hohohoho... Bagi Satu dah! ;D


02.Bali
Yeeaaayyy Baliiiiii.....! meski baru sekali sih kesana (hohoho... ) yang diinget kalo di bali itu serasa tempat asing yang nyaman... suasananya yang bikin kangen, daaaan nasi pedes bu andhika di raya kuta itu yang nendaaang pedesssnyaa... hummm masakan padang lewat dah pedesnya.. hihihi daan pengalaman lain yang ga lupa tentang bali adalah..... pernah nyasar di pasar makanan yang isinya jual babi bakar semua warungnya hahahha LOL ! langsung sama hubie liat-liatan dan cussssss... kabooorrrrr hahaha gara-gara habis lihat babi digantung-gantung kita jadi parno sama ayam betutu... penasaran sama ayam betutu gimana rasanya, malah ga selera begitu lihat wujudnya hihihi... serunya di bali itu punya jasa penyewaan motor.. kl di kota lain kan susah tuh cari sewa motor, kl mobil mah banyak, jd kemarin tiga hari setelah akad nikah langsung ke bali ga pake guide, sewa motor daaan.. menjelajah tanah lot, jimbaran, sukowati, seminyak, legian kuta berdasar rambu jalan aja dan ternyata banyak temennya, couple2 yang pake motor dan pada sibuk berhenti nanya2 jalan juga hehehe seruu pokoknya...satu lagi, kl mau keluar siang-siang ga boleh ngeremehin pake krim anti matahari, gosooong ciiiin.... 


here we go... dan kota paling nyaman diantara Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Samarinda, Balikpapan, Yogya, Padang, dan Bali adalah...


01. Malang
Kota Kelahiran saya nih hooo... yaa iyalah dimana lagi tempat nyaman kalo ga di kota kelahiran. tapiiii suami yang lahir di padang aja juga setuju, sepakat dengan pendapat saya ini. MALANG ITU SURGA. Kotanya adem, tenang, ga rame penduduk, warganya bersahabat, makanannya enak-enak dan murah, tempat wisatanya dekat dan mendidik. mau kemana-mana deket, mau ke pantai deket, ke gunung deket, ke bali deket, ke jogja deket. daaan  my big family live in Malang Yeaaay... saya dan suami udah sepakat untuk menghabiskan masa tua dan membesarkan anak di Malang, semoga Allah SWT merestui..


Setiap Doa saya selalu minta untuk terus diberi kebahagiaan hidup bersama suami dan keluarga kecil kami. Aamien aamien Ya Rabbal Alamien...











BOSS

Assalamualaikum Wr. wb.
Selamat hari Senin^^ Hari senin dibuka dengan mendengar keluhan (lagi!!) dari si Boss! Untuk kesekian kalinya dia mengeluh karena ada anak buahnya(Baca, Pak A), yang lagi-lagi berangkat ke luar kota tanpa koordinasi dengannya. Singkat cerita Pak A diperlukan oleh section lain untuk bawa mobil kantor ke luar kota, tapi tanpa koordinasi dengan atasan a.k.a si Boss ini tadi hihihi.. akhirnya Boss sedikit murka "Dia kan punya ATASAN (Merasa Boss banget yaa nih orang..) kenapa ga koordinasi dengan atasan!" Opini "Boss selalu benar (at lease bagi dirinya sendiri!)" Karena kejadian ini sudah kesekian kalinya, maka Saya penasaran.. pasti telah terjadi hal yang diluar BIASA!


Cerita bermula dari beberapa bulan lalu. Pak A, atas kelalaian supervisinya membuat dia berurusan sama kepolisian. Nah karena kejadian itu, secara manusiawi (apalagi ini karena urusan pekerjaan, Ceroboh memberikan instruksi mengakibatkan Pak A ditahan di kepolisian) harusnya supervisor dan atasan supervisor(Superintendent) yang memberikan instruksi pekerjaan yang beresiko (mengakibatkan pelanggaran hukum-->dipenjara!)paling tidak menjenguk ke ruang tahanan, mengirimkan makan siang (bentuk empati atasan-bawahan, paling tidak!) Nah ini Sama sekali gaaaa! Wujud empati malah ditunjukkan oleh atasan dari section lain, yaitu Pak B. Pak B datang ke tahanan dengan membawa makan siang, memberi kabar ke keluarganya (Sesuatuuu!!). Sampai Pak A keluar dari tahanan, tidak ada kedekatan yang berusaha ditunjukkan si Boss kepada Pak A. Bisa dipastikan Pak A lebih merasa dekat dengan Pak B (Meski berbeda divisi, namun Pak B memberikan perhatian yang dibutuhkan pada  saat sulit yang dialami Pak A). Ilustrasi ini berkaitan dengan paragraf pertama diatas.


Jika sekarang Pak A dalam bekerja banyak membantu pekerjaan di section Pak B menurut Saya itu sangatlah wajar, karena pernah terbantu disaat-saat sulit, yang tidak wajar dan tidak peka adalah Boss pak A, hanya memikirkan kepentingannya sendiri.Coba sebagai Boss juga jangan melupakan kodratnya sebagai manusia yang saling tolong menolong, memiliki rasa kemanusiaan.. Jika ingin dihormati sebagai Boss, maka hormatilah Anak buah sebagai manusia. Jangan menuntut yang besar terhadap bawahan jika tidak memberikan "Sesuatu" terhadap anak buahnya. Bersikap lebih peduli, peka, dan rendah hati itu akan lebih "Sesuatu".


Love,



Rabu, 12 Oktober 2011

Malang Vs Samarinda

(Sebelum memulai menulis tittle ini, Saya masih sibuk untuk "ngucek-ngucek" muka^ pertanda beratnya pikiran kalau mengingat Samarinda! hahaha)
Bismillah.
Saya lahir dan tumbuh di Malang - Jawa Timur. Kota yang sejuk, tenang, damai, dan pasti nyaman. Setelah lulus SMA Saya mulai hijrah ke Jogja. sebelum ke Jogja sempat mencoba untuk ambil kuliah di Surabaya, tapiiiii.. Hot sodara! panas banget disana (secara biasa adem di Malang yeee...) kalau panas aja mungkin masih cin cay yaa, tp selain panas, padat kendaraan, dan yang paling parah tempat makannnya kurang sippp yaa!! karena pas survey kesana pas banget yang dilewatin rumah makannya "view" nya kali! bauuu cyiinn^^ #pencetidung.. hmmm... ironis tempat makan, dekat dengan sumber kotor.. oke lanjut, ganti topik dee..
Karena baru 2 hari di Surabaya Saya nangis2 minta dijemput pulang ke Malang maka Tujuan kuliah pindah haluan ke Jogja.. Banyak yang tanya, orang Malang kenapa kuliah di luar kota? (hmmm pertanyaannya@$&^%&*) alasannya, guru di SMA pernah ada yang memberi saran, pendidikan di Jawa timur belum terlalu mendapat apresiasi di dunia kerja Indo. yaa ini pendapat pribadi Ibu guru Saya. tapi justru itu menginspirasi Saya untuk kuliah (minimal) di daerah DIY, Jateng, atau Jabar. Akhirnya jatuhlah pilihan di Universitas Islam Indonesia, tepatnya karena ada jurusan Psikologi. Saya bukan Universitas Negeri Minded.. Kalau gagal, tidak memaksakan untuk segala cara dilakukan agar bisa jadi mahasiswa UGM hahaha.. Bahkan Saya merasa bangga sekali dengan almamater Saya. 

Selama kurang dari 5 tahun di Jogja (hahaha lama ya ambil S1 aja..) Saya mendapat banyak hal (yang pasti bertemu suami Saya hihihi^^). Sebagai anak kos, saya jadi mandiri. pekerjaan rumah Saya kerjakan sendiri, mulai cuci baju, setrika, ke bengkel, bersih-bersih beres-beres sendiri (yaaa eyaaalah, ga ada crita anak kos punya asisten!!) tapi yang paling kerasa banget sih kalo lagi sakit. meski cuma demam tapi berasa sakit kritis, dramatisasi bgt deh. pastinya karena kalau dulu masih di Malang, sakit pasti Ibu siap sedia ada, hehehe Love you Bu! (semoga Ibu Baca yaa..hehehe) Banyak kenangan indah di Jogja (Next posting yah). Cerita tinggal di Jogja harus berakhir karena peluang kerja disini minim (menurut Saya siiih.. hehehe) setelah sempat pulang ke Malang sebelum akhirnya memutuskan pindah ke Samarinda (huft..) semakin banyak yang bisa digambarkan dari kota Tepian ini hahhaha (Stress mode ON)

Samarinda (Smd).. kenapa Smd? karena ikut Suami yang kerja lebih dulu di Smd. Pertama datang sih masih excited yaa. Excited karena baru pertama nginjakin kaki di tanah Kalimantan, kedua karena takjub ngeliat pemandangan sekitar yang masih banyak bukit-bukit di tengah kota (emang dulunyee hutann! hihihi.. dan kalau malam ngelewatin jalan yang berbukit ini Sumpah viewnya lampu kota Indah gilaaaa! Most valuable thing in Smd!hahaha... ketiga (dan Terakhir!) karena ada sungai yang jadi pemandangan beda (secara di Malang Sungainya small heee..) terkagum-kagumnya lagi karena sungainya buat lewat kapal tongkang batubara(wuidih kagum pokoknya dulu pertama liat hihihi).

Setahun berlalu tinggal di Smd mulai yaaa keanehan-keanehan silih berganti #tsaaaah berikut saya list aja fakta-fakta yang pernah terjadi di lapangan (kaya nulis laporan ke boss hehehe...) :
1. 24 Tahun Usia Saya saat pertama kali ke Samarinda, Saya belum pernah menemui orang-orang yang sangat "sukuis", maksudnya sikap untuk mengkotak-kotakkan, darimana suku kita berasal (cappcayyy deeeh...) Selama tinggal di Malang, dan Jogja Saya tidak pernah mendapat pertanyaan dan perlakuan (ini yang ga enak!) yang mendiskriminasi suku. Tapi semenjak di Samarinda, baruuu kenal nih sama orang, yang ditanya bukan "asalnya dari mana?" atau "aslinya mana (masih terdengar sopan)?" malah nanyanya " SUKU apa kamu?" (dooooor!! brasa di tembak, mati!) santai aja kaleeeee!! kita ini satu.. satu kesatuan, Rakyat RI! apa gunanya melihat perbedaan yang ujung-ujungnya hanya untuk justifikasi keburukan-keburukan setiap suku yang udah seperti mitos yang ga jelas asalnya. misalnya nih, kalau Saya jujur bilang "dari Jawa" langsung mimik wajah mereka yang tanya tadi langsung berubah (sebagai lulusan psikologi sedikit banyak membuat Saya lebih peka terhadap gejala-gejala alam seperti itu, hahaha) Saya perlahan tau, ternyata mereka sudah punya argumen sendiri terhadap masing-masing Suku yang banyak meramaikan Smd. Jika justifikasi mereka tentang Suku-suku itu positif jelas tidak jadi masalah, namun yang terjadi ialah mereka justifikasi hal-hal negatif. Please.. kita saudara sebangsa setanah air. Apapun asal leluhur kita!

2. Orang-orang yang sama sekali tidak mengenal aturan dan ketertiban! 
Contoh pertama, Saat di Jalan Raya, tengah kota! angkot yang jalan, bisa seketika berhenti tengah jalan karena sopirnya ngobrol dengan sopir angkot diseberang jalan! #tepokjidat maaf jika harus membandingkan sopir angkot di Malang, kalau di Malang sopir dengan tertib akan nyalakan lampu sign lalu melipir dulu ke tepi jalan dan woaallaa berhenti dengan maniss! dan pengemudi dibelakang angkot ga bakal spot jantung krn harus ngerem mendadak! 
Kejadian kedua, Jalan satu arah, tau-tau ada motor nongol dengan hebatnya, ngebuttt boss!huft.. biasanya nih kl di Jogja dulu ada yang melawan arah pasti jalan motornya pelan-pelan(karena merasa,melanggar aturan) bedddaa lagi di Smd, udah salah tambah ngebutt lagi, kalau ditegur malah jadi lebih galak dari kiteee, perempuan sekalipun! (benar-benar kota aneh, yakin nih kota Bapak-bapak? hutan kaliii.. orang-orangnya ga bisa diatur!) jadi harap waspada tingkat dewa kalau lagi di jalan searah, ada penampakan kilat yang kalau kita ga waspada bikin benjutt! 
Cerita ketiga, ialah kalau lewat tikungan/pertigaan/perempatan jangan sekali-kali nyoba untuk ngebut, pasti banyak penampakan yang keluar dari tikungan lain dengan ngebutt, tanpa nyalakan lampu sign, dan tanpa berhenti (STOP) dulu baru lanjut setelah memastikan aman ga ada kendaraan terdekat yang mau lewat, intinya sih kalau mau belok disini dihajar aja, gas polll hmmmm... begitu kita yang ada dijalan lurus kasih teguran, sama... kita bakal di respon lebih ganasss hiwww aneeeh! 
Cerita keempat (hahaha banyaak..) Kejadian di Lampu merah pusat kota! kebetulan kita dibarisan depan saat nunggu lampu jadi ijo untuk bisa jalan lagi, seringnya nih lampu kita udah ijo tapi adaaa aja penampakan dari lampu merah tetangga, tau-tau meluncur dengan hebatnya seorang diri bak pembalap ketinggalan start! padahal itu membahayakan dirinya sendiri... akhirnya gara-gara ulah satu orang ini, kita-kita yg udh dapat lampu hijau mau ga mau nunggu di pembalap ini lewat dengan manisnya, jadi mana polisinyaaaa?? belum lagi kalau yang dari rombongan lampu ijo ini ada pembalap juga, ya udaaah wassalam deh sekalian..


3. Berikutnya soal makanan. Kota ini menurut Saya (..dan suami ;P) tidak punya special/khas menu. yaa kalo itu aja sih ga penting dibahas yah, yang mengganggu adalah saat beli makanan yang berkuah dan dibungkus. bungkusnya pake kresek (kantong plastik, yang pasti kandungan zat kimianya ga bagus untuk bungkus makanan panas) cyiiin!! shock.. yang paling sering protes suami, "apa sih alasan mereka ga mau pake pembungkus khusus makanan?" entah para penjual ini save cost, atau pengetahuan mereka yang kurang, atau juga karena emang ga peduli (baca: males mikir) solusinya akhirnya Saya inisiatif beli bungkus yang aman untuk makanan panas sekalipun/ food grade.
Gangguan kedua adalah soal selera. Kacau deh cita rasa masakan yang dijual di SMD. Saya dan suami suka travelling meski baru nginjakin kaki di jogja, semarang, solo, bandung, jakarta, surabaya, bali, dan padang tapi patokan kita saat cari makan di tempat-tempat baru itu selalu ga meleset jauh. patokan kita kalo udah bingung cari makan yaitu dimana terlihat ramai pembeli maka patut kita coba. dari kota-kota yang pernah kita kunjungi patokan itu 80% tepat sasaran. tapi jangan pernah memakai patokan itu ketika di Smd. bahkan kita pakai rekomendasi dari orang lokal Smd pun yang katanya masakannya enak.. hmm langsung lihat-lihat an sama suami, "yakin nih enak?" hahaha...kalau cita rasa aja yg mengecewakan boleh lah cin cay.. nah ini  udah rasanya kemana? MAHAL pula! haiyyaaa... perbandingannya di Malang 8 ribu/org makan puas di Smd makan 15 ribu/orang makan ga puas, hihihi (dendam banget ya Sama SMd!!) Jadi Solusinya biar setiap lapar ga bikin emosi jiwa adalah MASAK! yippie selain bisa menyalurkan hasrat meracik-racik bumbu Saya juga bisa memanjakan suami.. hehehe.. dan SESUATUnya.. dulu saat masih pacaran, masakin buat calon suami selalu masakannya parah, ya rasa merica aja(hmm.. suami pasti seneng bgt baca tulisan Saya ini), kalo ga hambar! hihihi.. eeh begitu udah officially Mrs. Alhamdi Saya seperti diberi Bakat baru, skill memasak Saya seperti melonjak naik! hihi.. Paling ga derita ga bisa makan enak di SMD bisa diatasi.. 


4. Mengenai Kecerdasan intelektual. fakta ini saya dapat saat kerja di konsultan psikologi-recruitment. Karena masih baru di Smd jadi pikiran juga masih polos (boleh percaya atau ga..:P) Saat scoring hasil tes IQ calon-calon karyawan IQ rata-rata yang ditetapkan sebagai standar kompetensi ternyata dibawah standar di Jawa. Jadi misal, IQ di Jawa rata-rata 110. sehingga untuk dapat lolos dari kualifikasi maka IQ kita harus sama atau diatas 110. sedangkan di SMD standar IQ di Jawa 110 tidak dapat dijadikan tolak ukur, karena faktanya rata-rata IQ di Smd 90 (misalkan). kan lucu kalau kualifikasi tetap ditinggikan/tetap pake rata-rata Jawa padahal kualitasnya berbeda, maka dari itu nilai kompetensinya diturunkan. hihihi.. Tragis kan? Saya sempat bertanya-tanya kenapa itu bisa terjadi? mungkin banyak faktor sih, bisa karena lingkungannya dikelilingi kekayaan alam yang membuat orang kurang memiliki daya juang untuk belajar lebih rajin. Well, buat Saya semakin mantap untuk tidak membesarkan buah hati Saya dan Suami di SMD. Emak Bapaknya aja stress hidup di SMD gimana anak Saya! 


5. ANTRI!! yup Saya beberapa kali adu mulut sama orang Smd karena mereka memotong Antrian tanpa permisi, dan tanpa merasa ada yang salah, ada yang diabaikan. mungkin orang menilai saya kaku terhadap peraturan, tapi menurut saya bukan itu pointnya. nilainya, hargai orang yang sudah menunggu lebih lama. semua orang punya kesibukan, dan semua orang ingin cepat. apalagi yang memotong tanpa melihat orang yang didepannya.. tampang orang kaya, sok sibuk, seenaknya motong antrian.. hmm.. males sekali ketemu orang-orang model begini.. dan di SMD akan sering anda temui orang-orang seperti ini.. heran mereka dididik seperti apa sih?


Kesimpulan yang bisa digambarkan dari "kota"(sesungguhnya ga rela nyebut daerah ini dengan sebutan kota) Samarinda = Semrawut = Berantakan = Not recommended buat tinggal, menghabiskan hari tua, terlebih untuk liburan! Saya bersungguh-sungguh.


Selasa, 04 Oktober 2011

(goes to) 99 Hijab Stories

(Cerita ini ditulis untuk berpartisipasi dalam pemilihan cerita  di buku "99 Hijab stories " karya Muhammad Assad)
Bissmillahhirrohmannirrohim.
Kedua orangtua memberikan nama “Finda Fatmawati” ketika saya lahir 10 Juli 1985 di Malang, Jawa timur. Saya mengambil jurusan Psikologi di Universitas Islam Indonesia. Lulus tahun 2008 dan saat ini saya bekerja sebagai Human Resources Officer di salah satu perusahaan pertambangan batubara di Samarinda, Kalimantan timur. Selain bekerja, kegiatan lain ialah menjadi seorang istri. Cita-cita Saya selain jadi psikolog ialah menjadi seorang istri, mungkin bagi orang itu cita-cita yang “biasa” namun bagi Saya menjadi seorang Istri sangat Luar Biasa!
Awal mula memutuskan berhijab bermula saat akan menginjak usia 17 tahun (hampir sekitar 10 tahun yang lalu), Saya mengalami gejolak batin yang luar biasa. Saat itu Saya ingin sekali berhijab, yang ada dalam pikiran Saya saat itu ialah jika Saya tidak segera berhijab bagaimana jika Allah SWT memanggil Saya dalam keadaan tidak berhijab. Untuk memantapkan keputusan Saya berhijab, Saya mencari ayat di Al-Quran dan menemukan :
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka…” (QS. Al-Ahzab [33]: 59)
Setelah membacanya, malam saat menjelang tidur perasaan gelisah semakin membuat Saya tidak nyaman. Malam itu Saya merasa dekat sekali dengan kematian, sehingga untuk memulai tidur pun takut, yang Saya takutkan jika Saya tertidur maka Saya tidak akan pernah bangun lagi. Beberapa kali Saya keluar kamar, dan masuk kamar mandi seperti orang bingung sampai kakak Saya yang saat itu ada di ruang keluarga bertanya, malah dikira Saya sedang sakit, hehehe.. malam itu juga Saya membuat keputusan, tepat di hari ulang tahun Saya yang ke 17 nanti, Saya akan mulai hidup baru Saya dengan berhijab.
Hari pertama memakai hijab tentu saja membuat pertanyaan besar buat orangtua dan kakak-kakak Saya. Ibu dan kakak perempuan Saya saat itu belum berhijab. Bisa dibayangkan sebagai anak bungsu keputusan Saya untuk berhijab sempat mereka sangsikan. Ibu Saya saat itu bertanya apakah sudah benar-benar yakin, hehehe.. tentu dengan mantap Saya menjawab YA!
Saat menjalani hari pertama dengan berhijab pada waktu itu Saya berada di tahun terakhir di SMA. Pada waktu itu teman di sekolah masih belum banyak yang berhijab. Namun begitu masuk perguruan tinggi, dimana universitas yang Saya pilih mempunyai peraturan harus mengenakan hijab saat melaksanakan kegiatan perkuliahan maupun kegiatan non akademik yang masih berada di lingkungan kampus. Lingkungan kampus banyak membantu Saya mempelajari dan lebih mengenal Islam. Di kampus selain belajar mengenai Psikologi, Saya juga belajar banyak mengenai aqidah, sejarah kebudayaan Islam, dan banyak lagi pelajaran lain yang menambah pengetahuan Saya mengenai Islam. Hal tersebut tentu saja memperkaya tidak saja pengetahuan namun juga kemantapan hati Saya untuk berhijab, pelengkap iman sebagai seorang muslimah.
Saat mencari pekerjaan setelah lulus kuliah, Saya sempat hampir putus asa, karena tawaran yang ada selalu menghendaki Saya untuk melepas hijab. Namun Saya menganggap ini salah satu tantangan yang harus dilewati. Saya terus berusaha untuk teguh pada keyakinan bahwa rejeki sudah disiapkan Allah SWT buat seluruh hambaNya yang mau berusaha. Akhirnya setelah masa pencarian panjang, Saya mendapatkan pekerjaan yang dapat menerima bahkan mendukung hijab yang Saya pakai. Tepatnya saat Saya mendapat pekerjaan sebagai orang pertama dan juga perempuan pertama di perusahaan pada bagian Human Resources. Kondisi ini membuat kepercayaan diri Saya semakin menguat, dimana ada keyakinan kepada Allah SWT maka disitu pula selalu disediakan jalan indah bagi seluruh umatnya yang mau berusaha.
Setelah memakai hijab, yang pasti Saya merasa orang-orang terdekat semakin menganggap Saya sebagai perempuan yang sesungguhnya, perempuan yang sudah kodratnya dihormati, dihargai, dan dilindungi. Selain itu Hijab benar-benar mampu memberikan identitas sebagai seorang muslimah. Hijab mampu memberikan ketenangan batin saat berada di lingkungan luar. Saya bersyukur tidak pernah mengalami pelecehan yang seringkali terjadi akhir-akhir ini. Saya meyakini Allah SWT meminta kita sebagai muslimah untuk berhijab tidak lain juga untuk kenyamanan dan kehormatan kita sebagai perempuan.
Pengalaman yang pernah Saya alami saat ke Salon (khusus Wanita). Salon tersebut banyak dikunjungi perempuan-perempuan etnis tionghoa, bahkan Saya sempat di panggil “Cici” (sebutan kakak perempuan - etnis tionghoa) oleh pemilik salon ketika Saya baru saja menyelesaikan perawatan rambut. Rupanya saat Saya memasuki Salon (dengan berhijab tentunya) pemilik salon tersebut tidak menyadari bahwa Saya masuk dengan berhijab. Mungkin karena bentuk mata Saya yang tidak besar, Pemilik salon melihat Saya seperti banyak pengunjung lain yang berasal dari tionghoa. Dari kejadian tersebut Saya semakin yakin, Hijab benar-benar dapat memberikan identitas kita sebagai muslimah.
Banyak teman yang bertanya, Bagaimana memantapkan keyakinan untuk berhijab? Mereka merasa belum siap, masih ingin memakai baju dengan model ter update hehehe (gejolak kawula muda...) Saya menjawab singkat, “Saya takut meninggal dalam keadaan belum berhijab”, Sementara di Al-Quran jelas-jelas Allah SWT meminta kita untuk menutup aurat kita dengan jilbab. Mengapa perintah guru, atau orangtua kita patuhi namun perintah Allah SWT tidak?
Mengenai pendapat yang mengatakan, “Saya belum siap berhijab, perilaku aja masih kurang, mending memperbaiki perilaku aja dulu baru menutup aurat”. Balik lagi, bagaimana jika ketika dalam keadaan niat untuk memperbaiki diri terlebih dulu dibanding menyegerakan berhijab tiba-tiba maut menjemput kita? Oooh tidaaaak, tentu kita tidak bisa menolaknya bukan? Mau di pending dulu? Menurut Saya perintah berhijab ialah harga mati, no reason ladies! Bersegeralah dalam berbuat kebaikan, percayalah berkah Allah SWT sungguh berlipat. Bagi yang takut berhijab akan sulit mendapat jodoh, Tidak ada kaitannya perempuan berhijab akan sulit mendapatkan jodoh. Justru Allah SWT akan menyiapkan pasangan terbaik untuk perempuan yang mau menaati perintahNya. Bersegeralah dalam melaksanakan perintahNya, dan kamu akan merasakan perlakuan indah dari orang disekitarmu.
Alhamdulillahhirrobil alamienn.

Love and Regards,